Candi Gembirowati atau Situs Gembirowati secara administratif terletak di Dusun Watugajah, Desa Girijati, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta. Bangunan ini diduga oleh masyarakat sekitar sebagai reruntuhan candi, namun sebenarnya adalah sebuah pesanggrahan yang dibangun pada jaman Mataram Islam. Tahun pembuatan dari candi ini tidak dikenal dengan jelas, dan kemungkinan besar candi ini dipakai untuk pemujaan terhadap Nyai Loro Kidul, yaitu ratu pantai selatan Jawa.
Secara astronomis Candi Gembirowati terletak pada 110” 20’ 20,4” BT dan 8” 1’ 3,24” LS, serta berada pada ketinggian 123-130 m dpal yaitu di daerah ujung Karst Bagian Barat (masih bagian dari Gunung Sewu) dekat dengan pesisir selatan dari pantai Parangtritis menuju ke arah kecamatan Panggang.
Penelitian
Penamaan pada bangunan ini sebenarnya lebih cocok ke Situs Gembirowati karena bangunan ini merupakan bangunan peninggalan masa Islam bukan masa Hindu-Buddha.
Situs Gembirowati pernah dikunjungi oleh orang Belanda tahun 1902. F.D.K Bosch menyatakan bahwa arsitektur bangunan, bentuk pilar, dan hiasan yang ada diperkirakan peninggalan ini dibangun sekitar abad ke-16. Pernyataan Bosch tersebut ditulis dalam OV atau Oudheidkundige Verslag (laporan arkeologi Pemerintah Hindia Belanda) pada tahun 1925.
Penelitian selanjutnya diadakan pada tahun 1982 berupa studi pengumpulan data situs dan tahun 1984/1985 melalui studi kelayakan oleh PSPS DIY. Kegiatan studi pengumpulan data disertai pula wawancara dengan sumber-sumber yang diperkirakan mengetahui keberadaan situs tersebut. Kegiatan pengumpulan data dan studi kelayakan dilanjutkan dengan penggalian pemugaran yang dilaksanakan oleh kantor SPSP DIY pada tahun 1991 dan Kantor SPSP DIY bekerjasama dengan jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada pada tahun 1992.
Pemugaran
Dari Hasil Penelitian SPSP DIY tahun 1992, dilakukan pemugaran tempat tersebut sebagai salah satu tempat yang digunakan sebagai pesanggrahan oleh Sultan Hamengkubuwono II, yang memerintah selama 3 periode pada kurun waktu 1792-1828 M. Pembangunan fisik yang dilakukan oleh Sultan Hamengkubuwono II, hampir semuanya berada di luar kraton berupa pesanggrahan. Rujukan atas keberadaan tempat ini adalah Serat Rerenggan Kraton, yang menyebutkan Pesanggrahan hasil seni bangun karya Sultan Hamengkubuwono II berjumlah 13 buah, namun dari ketiga belas pesanggrahan tersebut, yang masih dilacak keberadaan fisiknya hanya tinggal empat buah, Yaitu Ngarjokusumo, Wonocatur, Purwokusumo, dan Jowinangun.
Cerita rakyat
Situs Gembirowati berdasarkan cerita rakyat setempat merupakan tempat tinggal Jogobiro yang mempunyai saudara bernama Bambang Sumantri. Jogobiro mempunyai keadaan fisik menyerupai raksasa sedangkan Bambang Sumantri mempunyai keadaan fisik sebagai kesatria. Karena Jogobiro iri terhadap keadaan fisik saudaranya, maka terjadilah peperangan di tempat tesebut.
Cerita lainnya adalah Dewi Citrowati yang menikah dengan kakak kandungnya karena mereka berpisah sejak kecil. Sang kakak yang bernama Sri Dipo Kusumo adalah seorang pertapa yang terpesona saat melihat kecantikan Dewi Citrowati. Hubungan perkawinan satu darah tersebut ternyata diketahui oleh orangtua mereka, sehingga mereka diasingkan di daerah pesisir selatan Pulau Jawa. Putri yang dibuang oleh ayahnya ini kemudian mendirikan pesanggrahan di Gembirowati. Anak dari hasil perkawinan tersebut setelah dewasa mendirikan istana dan menjadi penguasa di bukit Boko.
Deskripsi bangunan
Bangunan pesanggrahan Gembirowati ini berbentuk teras yang membujur ke arah barat – timur dengan penyimpangan ±20˚ dan menghadap kearah selatan. Arah hadap bangunan yang menuju kearah selatan serta keberadaan situs pada tempat yang cukup tinggi ini memberikan pandangan yang cukup leluasa kearah Lautan Indonesia.
Sisa bangunan teras pertama yang berada di bawah berukuran panjang 22,70 m, lebar 0,5 m dan tinggi 1,04 m, sedangkan sisa bangunan kedua yang terletak diatas teras pertama berukuran panjang 16,82 m, lebar 0,5 m dan tinggi 1,20 m. Kedua teras yang terpisah pada jarak 2,10 m dihubungkan oleh tangga berujungkan alokade dan hiasan palang yunani.
Kedua teras mempunyai bagian depan yang berbingkai – bingkai, berpelipit, berpilar, serta mempunyai hiasan yang berbeda. Unsur-unsur hiasan pada situs Gembirowati mempunyai kemiripan dengan unsur hiasan pada bangunan – bangunan masa Klasik dan masa Islam.
Gua dan sendang
Di dekat situs ini juga terdapat Gua Cerme yang indah karena mempunyai bagian batu stalagtit dan stalagmit, sehingga banyak dikunjungi oleh wisatawan asing. Gua yang berada di desa Ploso, kalurahan Giritirto ini, memiliki sungai bawah tanah di dalam bagian dalam gua sepanjang 1,5 km. Selain Gua Cerme, tidak jauh dari sini juga terdapat gua Suracala, yang banyak dikaitkan dengan sejarah dan legenda Sunan Amangkurat III.
Obyek wisata lain yang juga dekat dengan situs ini adalah Sendang Beji, yang menurut legenda warga sekitar sebagai tempat bertemunya Joko Tarub dan Dewi Nawang Wulan.
Berbagai Sumber
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon