Ambarawa
sebuah kota kecil yang terletak di jalur lintasan antara kota Bawen dan
Muntilan di Jawa Tengah. Mungkin, kota-kota kecil tersebut tak terlalu
akrab bagi masyarakat yang tinggal di luar kota Semarang atau
Yogyakarta. Kota Bawen memang kota kecil. Kota ini merupakan
persimpangan jalur kendaraan dari Semarang menuju Salatiga atau
Magelang. Nah, bila kita berkendaraan dari Semarang menuju Magelang,
setelah Bawen kita akan melewati Ambarawa.
Sedikit
cerita tentang kota berhawa sejuk ini. Ada legenda yang melatarinya,
yakni legenda Rawapening. Rawa ini memang terbentang amat luasnya. Rawa
inilah yang menjadi sebab mengapa kota ini bernama Ambarawa, yang
artinya rawa yang luas (amba=luas; bhs. Jawa). Dan, sampai saat ini
Rawapening tersebut pun masih ada.
Berkunjung
ke Ambarawa, kita akan menemukan berbagai obyek wisata menarik. Di sana
ada museum kereta api dengan koleksi kereta tuanya. Atau jika kita
bergeser ke daerah wisata Bandungan, terletak kurang lebih 20 kilometer
dari Ambarawa, kita bisa berkunjung ke lokawisata sejarah Candi Gedong
Songo.
Menjejakkan
kaki di pelataran candi anganpun bisa melayang ke sebuah negeri
khayalan. Bagaimana tidak? Kabut putih akan segera menyergap kita,
meskipun kita masih berada di kaki candi. Belum lagi udara dingin yang
menggigilkan sumsum. Kemudian, memandang ke atas akan terlihat gugusan
sembilan candi yang berdiri megah berpencar.
Candi
ini memang dibangun berpencar dan tersusun di atas bukit. Satu bangunan
candi berdiri di atas lahan sendiri seluas sekitar 150 X 30 meter
persegi. Bangunan candi berurutan. Candi pertama menempati lokasi paling
bawah, kemudian berurutan naik dengan jarak bervariasi antara candi
pertama, kedua dan seterusnya.
Letak
candi tidak berdiri berurutan seperti anak tangga. Antara bangunan yang
satu dengan yang lain terkadang berada dalam arah yang berbeda. Tapi,
yang pasti, urutannya selalu naik ke atas. Otomatis, kita akan berjalan
melingkar-lingkar jika hendak mencapai bangunan candi berikut. Sekadar
saran, bila anda ingin mendaki menikmati keindahan sembilan candi ini
baiknya anda mengambil jalan ke kiri setelah melewati gerbang
lokawisata. Memang tak ada aturan untuk itu. Namun, dengan demikian
pendakian menuju candi berikut akan terus berurutan.
Semakin
tinggi kita mendaki matapun takkan lelah memandang. Di kanan-kiri jalan
setapak, yang mulus diberi paving block, terlihat pemandangan alam yang
indah. Pepohonan pinus terlihat menjulang di kejauhan dengan pucuknya
yang seolah hendak menusuk awan-gemawan. Makin ke atas udara makin
dingin namun sangat menyegarkan. Kabutpun terus melingkar-lingkar di
sekitar kita.
Menapaki
bangunan candi dari urutan pertama hingga sembilan memberi kesan
tersendiri di hati. Jalan yang mendaki berkelok, bangunan candi yang
kokoh berdiri di ketinggian, udara yang sejuk, kabut tipis yang selalu
melayang memberi kenangan eksotis yang tak terlupakan.
Candi
ini dinamakan Gedong Songo karena memang terdiri dari sembilan bangunan
candi. Dalam bahasa Jawa, Gedong berarti bangunan dan Songo artinya
sembilan. Dan, sesuai dengan urutannya candi ke sembilan berdiri anggun
di puncak bukit.
Konon
bangunan candi yang ke sembilan ini melambangkan perjalanan akhir
manusia mencapai kesempurnaannya. Bentuk bangunan candi bercirikan
bangunan dari kerajaan Hindu Nusantara. Di mana setiap bangunan memiliki
ruangan untuk tempat pemujaan.
Selain
bangunan candi, ada obyek lain yang ditawarkan lokawista ini, yakni
sumber air panas belerang. Menjelang puncak bukit terdapat beberapa
titik sumber air panas yang berbentuk kolam-kolam kecil.
Sumber:
Diambil dari berbagai sumber
Sign up here with your email
1 comments:
Write commentswis tak follow... jbul koe y gabung grup backpaker ta? nek eng acr ak dikabari y...
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon