“Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrasi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya.
Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung. Melihat alam dan rakyat dari dekat secara wajar dan di samping itu untuk memberikan daya tahan fisik yang tinggi.” (Soe Hok Gie dalam Zaman Peralihan)
Berbagai kegiatan jelajah alam adalah hal yang kerap dilakukan pemuda-pemudi pecinta alam baik yang tergabung dalam organisasi maupun yang solo. Salah satu kegiatan yang paling digemari adalah mendaki gunung atau hiking.
Di Indonesia, kegiatan mendaki gunung mulai populer pada era 1960-an di kalangan anak muda. Wanadri dan Mapala UI adalah organisasi pecinta alam yang pertama –tama berdiri di Indonesia. Paska kematian Soe Hok Gie dan Idhan Lubis di puncak Mahameru, kegiatan mendaki gunung justru semakin populer. Beragam motif menjadi alasan seseorang dalam mendaki gunung. Ada yang memang mencintai alam pegunungan dan hutan sambil mengasah rasa nasionalisme, ada yang demi prestisius, ada pula yang sekedar penasaran menjajalnya. Bermacam-macam memang.
Mendaki gunung memang identik dengan bahaya. Bahkan mendaki gunung dikategorikan sebagai olahraga ekstrim. Tidak heran karena medan yang berat dan cuaca yang tak terduga menuntut stamina fisik yang kuat, mental yang tangguh serta pesiapan yang matang. Namun setelah melihat begitu banyak sisi lain dari negara Indonesia dan setelah perjalanan yang begitu melelahkan, semuanya akan menjadi ragi untuk diri masing-masing. Ragi yang akan menumbuhkan rasa mencintai alam dan negeri ini.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon