Bermain layang-layang sambil menangkap ikan. Woow, serunya permainan ini! Di Lampung, tepatnya di perairan Teluk Lampung, Anda masih bisa menemukan pelayang pancing yang jumlahnya kini tinggal hitungan jari.
Bermain layang-layang itu juga melatih kesabaran, karena kita harus sabar menunggu angin datang untuk menerbangkan layang-layang.
Sebelum memancing sambil bermain layang-layang, kita harus menyiapkan beberapa ekor ikan tanjan di Tempat Pelelangan Ikan terdekat. Ikan-ikan tanjan ini digunakan sebagai umpan untuk memancing ikan.
Ukuran layang-layang pancing sendiri, tidaklah terlalu besar. Para nelayan juga bisa menyesuaikan kestabilan layang-layang saat mengudara dengan kondisi angin. Jika angin berhembus terlalu kencang, ekor layang-layang diikat dengan tali pancing agar terbangnya tak berantakan. Tidak ada kail pada pancing berlayang-layang ini. Umpan berupa potongan ikan tanjan cukup dikaitkan pada benang pancing yang diikat dengan simpul lasso.
Dulunya, para nelayan biasa menggunakan layang-layang yang terbuat dari daun loko-loko yang sudah mengering. Benang layangan diikatkan pada daun loko-loko dan umpannya diikatkan pada benang layang-layang.
Sasaran tangkapan pancingnya, ikan Ceracas, begitu nelayan di perairan Teluk Lampung menyebutnya. Di beberapa tempat di pesisir Jawa, ia kerap disebut ikan cucut. Berhabitat di perairan teluk atau muara, ikan ini biasa berenang di permukaan laut. Ikan dari keluarga Belonidae ini memiliki mulut panjang dengan gerigi yang tajam. Jika ia memakan umpan, maka paruhnya yang bergerigi akan terjerat tali umpan.
Layang-Layang Fotografi Udara
Selain memancing dengan layang-layang, nampak seorang penggila layang-layang. Di Pantai Mutun, Bandar Lampung, menjajal menaikturunkan layang-layang yang digunakan untuk pemotretan dari udara. Istilah kerennya, Kite Aerial Photography (KAP).
“Kite Aerial Photography itu termasuk kelompok low altitude area, alias area ketinggian rendah, foto udara yang lebih rendah dari helikopter.”
“Tapi, inilah kelebihan KAP. KAP mampu merekam foto udara dengan keindahan tersendiri, karena obyek manusia dan rumah-rumah atau lanskap masih terlihat jelas.”
Fotografi udara ini sendiri sudah banyak digunakan untuk beragam kepentingan. Salah satunya, memotret kondisi pesisir Aceh pasca tsunami tahun 2004 silam.
Seperti pengalaman dari salah satu fotografer profesional ini "Martinus" beliau memiliki koleksi layang-layang yang terdiri dari ratusan model, jenis dan ukuran yang berbeda. Uniknya, sebagian besar koleksi layang-layangnya dijahitnya sendiri dari bahan baku parasut khusus. Sejak tahun 2007 silam, Martinus mulai menjajal Kite Aerial Photography, yakni fotografi udara menggunakan layang-layang.
Bersama Anshori Djausal sang ayah mertua yang lebih dulu berkecimpung di dunia layang-layang, ia terus mengembangkan fotografi udara ini. Latar belakang pendidikannya di bidang mekanika dan elektronika membuatnya mampu merakit perangkat kamera udara yang bisa dikendalikan dari darat. Di tangan dosen Teknik Mekatronika Universitas Lampung ini, kamera saku biasa disulap jadi kamera yang mampu menangkap citra dari ketinggian layang-layang saat mengudara.
Saat ini, Martinus tengah merancang perangkat yang mampu membuat kamera foto udara mampu memotret secara otomatis tanpa menggunakan remote control alias kendali jarak jauh. Selain lebih ekonomis, foto udara di tangannya jadi lebih praktis!
Jadi, terbukti kan, bermain tak sekedar memberi kesenangan, tapi juga memberi wawasan dan pengalaman baru?! Dan yang jelas, “Bermain layang-layang itu juga melatih kesabaran, karena kita harus sabar menunggu angin datang untuk menerbangkan layang-layang kita.”
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon